Pages

Ads 468x60px

Selasa, 12 Maret 2013

Soji Ro Sangga Ruuba Ndo'i

 Soji Ro Sangga Ruuba Ndo'i adalah sesajen yang dikhususkan untuk ndoi. Adapun prosesinya sebagai berikut:

  • Disiapkan keperluan sesajen seperti gambar di bawah ini, 1 (satu) ekor ayam jantan, dan 2 (dua) ekor ayam betina.  
  • Setelah semua bahan seajen sudah disiapkan dan ditata rapi menurut tatacara ritual, maka seorang dukun membacakan doa-doa dan mantra-mantra untuk mengundang roh-roh nenek morang untuk hadir dalam acara tersebut

  •  Setelah acara ritual selesai barulah sesajen tadi diletakkan di atas taja, kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan.
  • Pada hari berikutnya si dukun menurunkan sesajen dari atas taja dan sesajen dibagikan kepada orang-orang yang hadir pada acara penurunan sesajen tersebut.

Menyusuri Jejak Sejarah Dompu

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mempunyai catatan sejarah tersendiri. Seperti halnya Lombok, Sumbawa, dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas kerajaan atau kesultanan. Kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua khususnya di Indonesia Bagian Timur. Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil penelitiannya menyimpulkan Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan yang paling tua di wilayah timur Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “Ncuhi” atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu). Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.

Menurut cerita rakyat setempat, di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu. Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa pihak residen campur tangan,Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian mengganti Sultan Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya.


Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima. Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri. Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru, karena itu dia disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh putranya, Sultan Muhammad Salahuddin.

Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum pemerintahaan. Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama, sekaligus menetapkan hukum adat yang dipakai adalah hukum Islam yang berlalu di wilayah kekuasaannya. Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan dibantu oleh majelis adat serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para pembantu itu) disebut manteri dengan sebutan raja bicara, rato rasanae, rato perenta, dan rato Renda. Mereka tergabung suatu dewan hadat, dan merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Sultan.

LETUSAN TAMBORA
Gunung Tambora yang meletus pada 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu, mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu. Pertambahan wilayah Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. Ahli sejarah Helyus Syamsuddin mengungkapkan, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari kelahiran Dompu, yang kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004.

LETUSAN TAMBORA, SEBUAH MISTERI LAHIRNYA DOMPU BARU
Seperti di daerah lain Lombok,Sumbawa dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas Kerajaan atau Kesultanan. Bahkan konon Kerajaan Dompu merupakan salah satu Kerajaan yang paling tua khususnya di bagian Indonesia Timur. Arkeolog dari Pusat balai penelitian arkeologi dan Purbakala Drs.Sukandar dan Dra. Kusuma ayu pada saat melakukan penelitian di Dompu beberapa waktu lalu pernah menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitiannya di Dompu dapat disimpulkan bahwa Dompu (Kerajaan DOMPO-Red) adalah Kerajaan paling tua diwilayah Timur Indonesia.

Namun sayang, tidak seperti di Lombok,Sumbawa dan Bima dimana untuk mengetahui lebih jauh tentang Kerajaan tempo dulu ketiga daerah tetangga tersebut banyak didukung oleh berbagai bukti otentik yang dapat menggambarkan tentang peristiwa sejarah tempo dulu,sedangkan di Dompu bukti otentik untuk mendukung keberadaan sejarah masa lalu tampaknya masih sangat kurang sekali bahkan bisa dikatakan hampir sudah tidak ada sama sekali. Barangkali inilah merupakan salah satu tugas dan kewajiban khususnya bagi kalangan generasi muda di daerah ini untuk lebih bekerja keras agar berbagai tabir misteri sejarah tempo dulu dapat segera terungkap meskipun hal itu membutuhkan perjuangan dan usaha yang cukup menyita waktu bahkan material sekalipun. Upaya pemkab Dompu dalam rangka untuk mencapai hal tersebut patut kiranya didukung oleh semua pihak,bahkan pemkab Dompu sendiri telah banyak berupaya dan tentunya pekerjaan tersebut akan sukses apabila selalu mendapat dukungan serta do,a restu dari seluruh lapisan masyarakat yang ada dan jangan malah pekerjaan itu dianggap hanya akan membuang energi serta mubazir saja. “Orang bijak mengatakan,terlalu sombong dan munafik apabila kita melupakan sejarah kita sendiri”, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi, amin.

Sejarah mencatat,di dompu sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “NCUHI” atau Raja Kecil, para ncuhi tersebut terdiri dari 4 orang yakni Ncuhi Hu,u yang berkuasa diwilayah kekuasaan daerah Hu,u (Sekarang kecamatan Hu,u Dompu – Red), kemudian Ncuhi Saneo yang berkuasa didaerah Saneo dan sekitarnya (sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan woja Dompu), selanjutnya Ncuhi Nowa dan berkuasa didaerah Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa diwilayah kekuasaannya yakni di sekitar Tonda dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan woja Dompu.

Diantara keempat Ncuhi tersebut yang paling terkenal konon yakni Ncuhi Hu,u. menurut cerita rakyat yang ada bahwa,konon di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi bernama “Sang Kula” yang akhirnya mempunyai seorang anak perempuan bernama “Komba Rame”. Ncuhi ini kemudian terkenal dengan nama Ncuhi “Patakula”. Pada saat itu konon terdamparlah putra Raja Tulang Bawang didaerah woja yang sengaja mengembara di daerah Woja bagian timur. Singkat cerita akhirnya putra Raja Tulang Bawang ini kawin dengan putrid Ncuhi patakula dan selanjutnya para Ncuhi yang ada akhirnya sepakat untuk menobatkan putra Raja Tulang Bawang tersebut sebagai Raja Dompu yang pertama. Pusat pemerintahannya konon disekitar wilayah desa Tonda atau di desa Riwo masuk dalam wilayah kecamatan woja sekarang.

Sedangkan Raja ke-2 Dompu adalah bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinana antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah : Dewa Mbora Bisu,Raja dompu ang ke-3 adalah yaitu yang menggantikan kakaknya Dewa Indra Dompu,cucu dari Indra Kumala. Dewa Mbora Belanda : beliau adalah saudaranya dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa indra Dompu yang menjadi Raja ke-4 didaerah ini. Dewa yang punya Kuda. Pengganti Dewa Mbora Belanda adalah putranya yang bernama Dewa yang punya Kuda dan memerintah sebagai Raja yang ke-5,Dewa yang mati di Bima.

Raja yang dikenal sebagai seorang yang dictator,sehingga diturunkan dari tahta kerajaan oleh rakyat Dompu ialah Dewa yang mati di Bima. Beliau konon menggantikan ayahnya (Dewa yang punya Kuda) sebagai raja yang ke-6 di Dompu akan tetapi karena hal itu akhirnya di bawa ke Bima dan meninggal di sana,dewa yang bergelar “Mawaa La Patu”. Raja inilah sebenarnya yang akan di nobatkan sebagai raja Dompu yang menggantikan dewa yang mati di Bima,namun beliau ke Bima dan selanjutnya memerintah di sana. Pada masa pemerintahan Raja inilah terkenal satu ekspedisi dari Kerajaan di pulau Jawa yakni kerajaan Majapahit yang konon ekspedisi tersebut di pimpin oleh salah seorang Panglima perang bernama Panglima Nala pada tahun 1344,namun ekspedisi tersebut ternyata gagal.

Oleh rakyat dompu raja yang satu ini sangat dikenal sebagai raja yang disiplin dalam menjalankan pemerintahanya,teratur dalam social ekonomi maupun politik sehingga masyarakat saat itu memberi gelar sebagai “Dewa Mawaa Taho”, semula raja ini dikenal dengan nama “Dadela Nata”. Beliau adalah raja yang ke-7 dan merupakan raja Dompu yang terakhir sebelum masuknya ajaran Islam di Kerajaan Dompu,raja tersebut berkedudukan atau bertahta di wilayah Tonda.

Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Panglima Nala dan di bawah komanda Sang Maha Patih Gajah Mada mengalami kegagalan pada ekspedisi pertama,selanjutnya menyusul ekspedisi yang ke-2 pada sekitar tahun 1357 yang di Bantu oleh Laskar dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Soka. Ekspedisi yang ke-2 inilah Majapahit berhasil menakklukkan Dompu dan akhirnya bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Melihat fenomena diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan Dompu tersebut ternyata sudah ada sebelum Majapahit,hal itu juga dapat dibuktikan dalam isi sumpah Palapanya sang Gajah Mada dimana dalam isinya sumpahnya itu disebutlah nama kerajaan DOMPO (Dompu-Red) sebagai salah satu kerajaan yang akan di taklukkan dalam ekspedisinya tersebut.


Kesultanan Dompu.

Pada abad ke-XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah,Kerajaan di kacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa memerlukan campur tangan pihak residen. Sejak Sultan Abdull Azis,putra Sultan Abdullah yang mengganti Sultan Yakub tidak banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya. Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada diwilayah dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels menegaskan,Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima,begitu pula penggantinya sultan Muhammad Tajul Arifin I putra Sultan Abdull Wahab,Sultan Muhammad tajul arifin I diganti oleh Sultan Abdull Rasul II,adik beliau. Dari 5-12 April 1815 ketika tambora meletus akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainya berhasil melarikan diri.

Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata (ASI NTOI) kini merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru (ASI BOU) Karena itu beliau disebut dengan gelar “Bata Bou”, beliau diganti oleh putranya,Sultan Muhammad Salahuddin. Salahuddin mengadakan perbaikan dalam system dan hokum pemerintahaan,beliau menetapkan hokum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama sekaligsu menetapkan hokum adat yang dipakai adalah hokum Islam yang berlalu diwilayah kekauasaanny. Dalam menjalankan pemeerintahaannyaSultan dibantu oleh majelis hadat serta majelis hokum mereka itu dalam tatanan kepangkatan hadat dan hokum,mereka selanjutnya mereka disebut manteri-manteri dengan sebutan “Raja Bicara,rato rasana,e, rato perenta,dan rato Renda” mereka tergabung suatu dewan hadat,merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan sultan.

Hadat juga merupakan kelengkapan pemerintahaan yang berfungsi menjalankan hokum agama yang di kepalai oleh “Kadi” atau sultan menurut keperluannya. Seperti sultan-sultan sebelumnya,salahuddin tetap melakukan hubungan dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Menurut Zolinger,sejak mengadakan perjanjian dengan kompeni pada sekitar tahun 1669. selanjutnya Sultan Muhammad salahuddin diganti leh putranya yakni Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahaannya beliau menanda tangani kontrak panjang pada tahun 1886 silam. Beliau Selanjutnya diganti oleh putrannya Sultan Muhammad Siradjuddin yang memperbaharui konrak tersebut pada sekitar tahun 1905. Sejarah juga menyebutkan bahwa Sultan pertama di Dompu setelah adanya likuidasi pergantian pemerintahan dari sistim Kerajaan menjadi Kesultanan yakni Sultan Syamsuddin I. Dan beliaulah merupakan pemimpin atau Raja yang pertamakali memeluk agama Islam begitu sistim pemerintahaannya berubah menjadi Kesultanan. Tahun 1958 Kesultanan dompu yang saat itu dipimpin oleh Sultan dompu terakhir yakni Sultan Muhammad Tajul Arifin (Ruma To,i), sistim pemerintahan di Dompu dirubah menjadi suatu daerah swapraja Dompu dan Kepala daerah Swatantra tingkat II Dompu tahun 1958-1960.


Kerajaan Sanggar.

Sanggar merupakan kerajaan kecil yang terletak disebelah barat laut Dompu disebelah timur kaki gunung tambora. Pada tahun 1805 raja sanggar meninggal dan digantikan oleh saudaranya yakni Ismail ali Lujang. Pada abad ke-XIX,sebelum tambora meletus dengan dahsyatnya, penduduk saat itu berjumlah skitar dua ribu orang pada tahun 1808 dan meningkat menjadi dua ribu dua ratus orang pada tahun 1815.

Ketika Tambora meletus pada bulan april 1815 sebagian besar penduduknya meninggal,dan tinggal dua ratus orang saja dan karena diserang leh perampok pada tahun 1818 mereka melarikan diri ke Banggo di Kerajaan Dompu,dan sebagaian ke Gembe Bima. Dengan bantuan gubernurmen pada tahun 1830 mereka akhirnya kembali ke sanggar. Gubernurmen memberikan bantuan beberapa senapan dan amunisi untuk menjaga diri dari srangan musuh. Pada tahun 1837 penduduk Sanggar masih berjumlah sekitar tiga ratus tiga orang dan pada tahun 1847 meningkat menjadi tiga ratus lima puluh orang atau jiwa. Rumah raja dibuat oleh rakyatnya sendiri dengan bahan dari kayu pilihan secara gotong – royong. Raja dan para pembesar kerajaan saat itu tidak di gaji tetapi tanah-tanah mereka dikerjakan oleh rakyatnya. Pada awal abad ke- XX atau sejak Belanda menguasai pulau sumbawa secara langsung,Kerajaan Sanggar di hapus serta digabungkan dengan kekuasaan Kesultanan Bima hingga sekarang ini.


Kerajaan Tambora.

Kerajaan Tambora yang teretak pada suatu jazirah yang pada ketiga penjuru dibatasi oleh laut. Disebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Sanggar dan Kerajaan Dompu dengan luas areal wilayah 459 pal persegi. Seluruh kerajaan berada disekitar kaki gunung Tambora (Gunung Arun). Sebelum Tambora meletus,air sudah sangat kurang dan untuk mendapatkan air minum penduduk saat itu menggali sumur di sekitar pantai. Rakyat tambora hidup dari berladang atau bercocok tanam serta beternak dan meramu.

Ladang-ladang cukup dilembabpi oleh embun dan karena itu mereka bertanam pada sekitar bulan agustus dan panen pada bulan desember. Kekayaan yang utama adalah ternak kuda dan hasil kayu hutan . setengah dari hasil Gubernemen dan setengah dari kuda-kuda tersebut dikirim ke Kerajaan Bima pada tahun 1806 dan tahun 1807 berasal dari Tambora. Menurut Tobias,pada tahun 1808 Kerajaan Tambora berpenduduk sekitar empat ribu iwa dan pada tahun 1815 atau setelah tambora meletus penduduk kerajaan tambora sebagian habis tewas sebanyak tiga puluh ribu jiwa lebih. Dan pada tahun 1816 sisa penduduk yang masih hidup akhirnya meninggal semua karena diterjang banjir bandang dan banjir lahar,selanjutnya bekas Kerajaan tambora yang sudah habis ditelan ganasnya alam tersebut digabungkan dengan wilayah Kesultanan Dompu hingga sekarang ini. Bekas Kerajaan tambora kini masuk dalam wilayah Kecamatan Pekat Dompu.


Kerajaan Papekat (Pekat).

Dimasa pemerintahan kabupaten Dompu,nama Pekat saat ini merupakan nama sebuah desa yang terletak di wilayah kecamatan Pekat – Calabay Dompu (Nama Ibu Kota Kecamatan Pekat) Konon nama Pekat berasal dari kata “Pepekat”.

Kerajaan kecil ini tidak banyak meninggalkan atau menyimpan bukti-bukti untuk mendukung keberadaan kerajaan tersebut tempo dulu bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali,hanya nama Pekat kini merupakan nama sebuah desa di kawasan lereng gunung Tambora. Catatan sejarah menyebutkan,meskipun suatu kerajaan kecil tetapi Pekat saat itu teraus diijinkan berdiri oleh pemerintah penjanjah VOC terutama untuk membendung pengaruh dari Kerajaan Makassar ang sewaktu-waktu dapat membentuk kekuatan di situ. Maka dengan Pekat pihak VOC mengikat terus persahabatan yang baik sekali, tetapi akibat gunung Tambora meletus,akhirnya penduduk di Kerajaan Pekat musnah seluruhnya kemudian bekas kerajaan Pekat digabung kan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan dompu hingga sekarang ini.

Gunung Tambora Meletus pada tanggal 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu letusan Tambora yang paling dahsyat yakni letusan pada tanggal 11 April 1815 yang mengakibatkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekitar Tambora menjadi sasaran empuk musibah tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu sisi berdampak positif bagi berkembangan Kerajaan Dompu, sebab setelah sekian tahun lamanya dalam perkembangan selanjutnya wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu bertambah luas wilayahnya karena bekas wilayah 3 Kerajaan kecil pernah musnah akibat letusan Tambora tersebut akhirnya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat,Tambora dan sebagian wilayah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), yakni pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, akibat letusan Tambora wilayah Dompu dikemudian hari bertambah luasnya meliputi bekas Kerajaan Pekat, Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun akhirnya lahir. Oleh ahli sejarah Prof.DR.Helyus Syamsuddin.PHd, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan patokan dan dasar yang kuat sehingga 11 April dijadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 sebagai hari lahir/hari jadi Dompu. (*).

Tiga Gili "Desa Dunia" di Tengah Laut Lombok

Inilah "desa dunia" pasca-Bali. Ini memang julukan bagi obyek wisata tiga gili atau pulau kecil yang berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Sebutan itu dapat dibuktikan melalui keberadaan sejumlah hotel berbintang yang umumnya milik investor asing yang bekerja sama dengan warga setempat sebagai pemilik lahan. Pesisir tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air, juga didominasi turis muda usia dari mancanegara, yang berwisata di pulau kecil yang masih bersih dari polusi dan terpisah dari Pulau Lombok itu.

Suasana ”desa dunia” sangat kental di Trawangan. Hal ini terindikasi dari bahasa yang digunakan wisatawan, seperti bahasa Jerman, Perancis, Spanyol, dan Jepang; malah ada sekelompok kecil wisatawan yang berkomunikasi dengan bahasa Lebanon. Meski demikian, pelancong yang berbahasa Inggris lebih dominan.

Tidak seramai Kuta, Bali, memang, tetapi Ali dan Kahlil, keduanya wisatawan warga Swedia keturunan Lebanon, mengaku terhibur dengan suasana Trawangan. ”Di sini suasana tenang, alami, tidak ada polusi, saya suka,” ujar Ali, yang bersama 12 rekannya tinggal selama tiga hari pada pertengahan Januari.

Di Gili Trawangan tidak diizinkan menggunakan kendaraan bermesin. Yang diizinkan hanya cidomo (kendaraan khas), kuda, dan sepeda gayung. Transportasi ini disewakan kepada wisatawan yang ingin jalan-jalan mengitari pulau seluas 338 hektar itu.

Gili Trawangan yang berada di deretan barat menjadi pilihan utama karena memiliki fasilitas lebih lengkap, seperti penginapan, hiburan malam, serta sarana komunikasi dan transportasi yang nyaris sepanjang hari melayani warga lokal ataupun wisatawan dari Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang, ke Gili Trawangan, termasuk ke Gili Air yang berada di deretan paling timur.

Gili Meno

Agak berbeda dengan Gili Meno, yang diapit dua pulau tetangganya, sarana dan prasarana pendukungnya kurang lengkap meski suasana lingkungan sekitar Meno relatif sepi dan tenang, mungkin cocok untuk wisata keluarga.

Dari tiga gili itu, wisatawan dapat menikmati matahari terbit dari balik Gunung Rinjani, lalu matahari terbenam, dan Gunung Agung di Bali, serta berbagai atraksi bahari yang disukai, seperti diving dan snorkling. Ada taman laut Meno Wall, dinding tebing curam di antara Meno dan Trawangan, yang bisa disaksikan pada kedalaman 15 meter.

Gili Meno juga dilengkapi danau ”alam” berair asin, serta area tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi, aneka jenis dan warna ikan hias, seperti tiger fish, blue moon, dan ikan kepe-kepe yang masuk keluar terumbu karang. Para penyelam pun membawa roti yang dimasukkan dalam botol bekas air mineral. Saat di dalam air, roti itu disemprotkan guna menarik perhatian ikan hias itu.

Kecuali ribbon coral dan finger coral, hampir di semua tempat di perairan tiga gili itu terdapat terumbu karang berwarna biru. Terumbu karang biru masuk marga Acropora. Warna biru itu disebabkan warna pigmen Zooxanthela atau alga bersel tunggal berwarna biru dan hidup bersimbiosis dalam jaringan karang. Suasana ini bagaikan karang biru di Laut Karibia.

Mau uji nyali? Cobalah naik boat ke sekitar 100 meter barat-selatan dari Gili Trawangan. Di situ, selain ada ikan hias lion fish dan ikan sotong, juga ada shark point, sarang ikan hiu white tip di kedalaman 25-30 meter. Bagi yang mengikuti kursus selam, lokasi ini wajib dikunjungi.

Jika enggan berbasah-basah, ada glass bottom boat yang lantainya tembus pandang.

Menuju Gili

Banyak jalan menuju gili itu. Jika sekadar tur singkat atau ”cuci mata”, bisa mencarter boat dari obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, yang sewanya Rp 350.000-Rp 550.000. Senggigi-Trawangan ditempuh sekitar 60 menit dengan boat.

Menumpang angkutan umum dari Senggigi ke Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang—pintu masuk ke tiga gili itu—adalah alternatif lain. Kondisi jalan di jalur ini beraspal hotmix, dengan medan menanjak dan tikungan menelusuri kawasan pantai serta pada tempat tertentu dari kejauhan tampak gugusan tiga gili itu.

Boleh juga menumpang angkutan umum dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, ke Pelabuhan Bangsal. Dalam perjalanan, para wisatawan singgah sejenak di sekitar kawasan Hutan Pusuk, bermain-main dengan komunitas kera abu-abu kemudian mencicipi air tuak manis yang dijajakan di pinggir jalan.

Sekalian juga menengok proses produksi gula merah yang dilakukan warga di sekitar kawasan hutan itu, dari mengambil air aren di pohonnya sampai mengolahnya menjadi gula jawa.

Keunggulan komparatif tiga gili itu menjadi magnet yang dinikmati wisatawan, kalangan usaha, dan masyarakat. Hanya, mengedepankan hitung-hitungan ekonomi yang diraih lalu mengabaikan aspek lingkungan justru memperburuk persoalan lingkungan yang dalam dua dekade terakhir ini dirasakan masyarakat. Jika lalai menjaga lingkungan yang menjadi daya tarik tiga gili itu, maka niscaya ”desa dunia” ini ditinggal pelancong.

Obyek Wisata Nusa Tenggara Barat



Kota Mataram

AMPENAN : terletak di ujung Barat dari Kota Mataram, dikenal sebagai kota tua pelabuhan Ampenan. Keturunan dari orang orang Cina clan Arab tinggal disini di Ruko-Ruko di sepanjang jalan yang berliku-liku. Kegiatan perdagangan disini telah berlangsung sejak dulu dan tidak berhenti sampai sekarang, gudang-gudang di sepanjang pantai merupakan gedung warisan dengan reliefnya yang abadi. Saat ini Ampenan telah memiliki lapangan dan taman yang digunakan oleh penduduk sekitarnya untuk menyaksikan sunset. Dermaga tua itu merupakan tempat membangun rumah bagi nelayan-nelayan. Tempat itu juga menyediakan restoran, kios dan toko seni.

MUSEUM NTB : Museum yang mengambil bentuk bangunan khas Sasak ini berlokasi di jalan Panji Tilar Ampenan. Museum ini banyak mengkoleksi artefak-artefak bersejarah termasuk 1239 manuscript (tulisan kuno) yang memuat sejarah kuno dari peradaban daerah ini yang ditulis dengan menggunakan bahasa asli/kuno dan di tulis di dalam dawn lontar, kulit kayo dan bilah bambu.

PURA MERU : Pura Meru yang terletak di Cakranegara dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja Anak Agung Gede Karang Asem. Tempat ini dimaksudkan sebagai tempat persembahyangan / peribadatan umat Hindu, dengan mencontoh bentuk pura-pura di Bali.

TAMAN MAYURA : Taman ini telah dibangun pada tahun 1744 oleh Raja Lombok Anak Agung Ngurah Karang Asem. Dengan Bagian tengah taman ini adalah sebuah kolam yang menyenangkan yang di bagian tengahnya terdapat sebuah Bale Kembang, nama sebuah bangunan berbentuk aula yang mengambang di atas kolam. Bangunan ini dulunya dipakai untuk memutuskan perkara hukum atau rapat-rapat penting. Pengaruh dari budaya Hindu dan Islam bisa terlihat dari arsitektur dan pemilihan patung-patung yang terdapat ditaman tersebut.

SEKARBELA : Mutiara dari Lombok banyak dijumpai disini, kerajinan mutiara merupakan salah satu aset terbesar di Mataram. Beberapa orang ternama ikut terlibat dalam bisnis penjualan barang-barang cantik ini. Anda akan melihat banyak sekali desain yang berbeda dalam dekorasi perhiasan yang menggunakan mutiara ini antara lain giwang, cincin, kalung, anting, bros dan manik-manik (tasbih). Untuk mempermanis penampilan mutiara-mutiara ini seluruh mutiara dipasangkan dengan emas dan perak.

SAYANG SAYANG : Didaerah ini terdapat 2 pusat kerajinan dan terdapat begitu banyak toko-toko kerajinan yang dekat dengan pusat kota dan dengan menawarkan banyak pilihan serta harga yang bagus.

Lombok Barat
BANGKO-BANGKO : Berlokasi di ujung barat daya pulau Lombok. Bangko-bangko merupakan tuan rumah dari hutan alami yang mempesona dan merupakan rumah bagi sebagian besar flora dan fauna Lombok dan di tepian hutan terhampar pantai dengan pasir putih dan termasyur di tingkat internasional sebagai lokasi selancar yang bagus.

GILI NANGGU, GENTING, GEDE, dan POH : Tempat-tempat ini merupakan sekumpulan pulau-pulau kecil yang berada di Barat Daya pantai Sekotong. Beberapa pulau bahkan tidak berpenghuni dan seluruhnya adalah pantai pasir putih dilengkapi dengan pohon-pohon kelapa dan pohon bakau. Kedua Gili, yaitu Gili Gede dan Gili Nanggu, memiliki bungalow-bungalow yang dapat ditinggali. Tempat-tempat ini sangat bagus untuk berenang, snorkeling dan bersantai. Anda bisa mengunjungi pulau-pulau ini dengan boat dari Lembar atau dari dekat Mawun ke Gili Nanggu dari Pelangan ke gill Gede. Daerah ini merupakan rute pesisir yang indah dengan beberapa Resort pantai seperti Bola-Bola Paradise, Hotel dan Villa Terapung, serta Sundancer kompleks hotel bintang 5 dan villa-villa juga tengah dikembangkan disini.

LEMBAR : Merupakan pelabuhan utama di NTB diperuntukkan bagi perhubungan Ferry-ferry Lombok dan Padangbai di Bali dan juga kapal-kapal PELNI. Ferry-ferry berlayar setiap jamnya dan perjalanan penyeberangan ini membutuhkan waktu kira-kira 6 jam. Gerung daerah yang berada didekatnya merupakan pusat pembuatan wayang tradisional di Lombok dan juga merupakan ibu kola Kabupaten Lombok Barat.

SEKOTONG : Berlokasi kira-kira 45 Km di arah selatan dari Mataram merupakan daerah dengan pantai pasir putihnya yang asli. Sangat ideal untuk bersantai. Di laut sekelilingnya penuh dengan kehidupan laut yang berwarna-warni. Dengan hanya sedikit menyeberang dari tepi pantainya yang indah kita dapat mengunjungi Gili Nanggu dan Gili Tangkong.

BANYUMULEK : Banyumulek merupakan salah satu pusat pembuatan gerabah di Lombok berlokasi kurang lebih 10 Km ke arah selatan Mataram. Hal ini menjadikan seni Banyumulek dikenal di dunia internasional, pot-pot bunga dengan dekorasi-dekorasi rumit dibuat disini.

BATU LAYAR, MONTONG, MENINTING. SESELA dan GUNUNG SARI : Tempat-tempat ini banyak menyungguhkan kios-kios seni dan tokao-toko kerajinan. Dengan berbagai macam pilihan serta harga yang bagus. Berlokasi disepanjang jalan dari Senggigi ke Mataram.

BATU BOLONG : Batu Bolong ( yang diartikan sebagai batu yang berlubang ) adalah salah satu tempat yang ideal untuk menyaksikan sunset yang megah diatas selat Lombok. Di tempat ini terdapat pura hindu yang dibangun diatas karang hitam dengan konsruksi sedemikian rupa sehingga arahnya tepat menghadap Gunung Agung di Bali yang dapat dilihat dengan mudah diseberang selat Lombok, warna dan musik upacara keagamaan hampir selalu terlihat disini.

SENGGIGI : Berlokasi 10 Km di sebelah Utara Mataram, Senggigi merupakan area Resort tertua dan paling terkenal di Lombok. Tempat sempurna untuk bersantai, Senggigi membanggakan pantai-pantai berpasir putihnya yang aman untuk berenang. Di pusat pantai Senggigi memiliki ombak yang cukup bagus untuk berselancar. Tempat ini juga memiliki terumbu karang yang berwarna-warni yang menyediakan perlindungan bagi biota laut dan dengan bentuk terumbu karangnya yang sangat indah sehingga merupakan tempat yang sangat ideal untuk snorkeling. Senggigi terjangkau untuk semua kalangan, mulai dari restoran esklusif sampai dengan kafe-kafe kecil berjejer di pinggirjalan. Ada banyak Club, Bar dan Cafe yang akan melayani wisatawan yang tinggal disini. Penginapan juga tersedia dengan range dari hotel mewah sampai hotel-hotel kecil dan bungalow-bungalow.

PANTAI KERANDANGAN, MANGSIT, dan MALIMBU : Pantai Kerandangan dan Mangsit berlokasi di sebelah utara tidak jauh dari Senggigi dengan didukung oleh hotel-hotel berkelas, pantai yang bersih sangat memungkinkan tempat ini digunakan untuk berenang, berlayar ataupun untuk bersantai. Lebih ke arah utara di sepanjang panorama jalan adalah pantai Malimbu. Tempat ini juga ideal untuk melakukan kegiatan yang sama.

GUNUNG PENGSONG : Walaupun dinamakan Gunung Pengsong akan tetapi sebenarnya merupakan sebuah bukit yang dari sudut 360' akan menawarkan panorama yang spektakuler. Ditempat ini juga merupakan tempat/habitat Kera. Dengan segala cerita latar belakang sejarah dan keberadaan puranya gunung Pengsong berlokasi 9 Km ke arah Selatan Mataram.

LINGSAR : Lingsar berada di utara Narmada dan memiliki pura Hindu yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai pura Hindu yang paling keramat. Pura ini dibangun tahun 1714 yang pada situasi lebih lanjut juga menjadi tempat pemujaan bagi pribumi Yang menganut ajaran Animisme, Waktu Telu. Kedua kepercayaan yang berbeda ini mengkombinasikan ajaran Animismenya. Sekali dalam setahun mereka berkumpul bersama untuk melakukan upacara bersama untuk menyambut datangnya musim penghujan. Upacara "Perang Topat" dimulai dengan terlebih dahulu melakukan pemujaan di masing-masing pura mereka, kemudian mereka berkumpul di luar pura dan satu sama lain mulai saling melempar dengan beras yang telah dimasak dan di bungkus dalam daun kelapa (janur) yang disebut dengan ketupat/topat.

TAMAN NARMADA : Taman yang cantik dan mengagumkan ini berada 10 Km di Timur Cakranegara terbentang dari Timur ke Barat di daerah dataran tinggi Lombok Barat. Bukit kecil dan danau yang ada di taman ini merupakan replika dari dataran dan danau yang ada di gunung Rinjani (gunung tertinggi dan paling keramat di Lombok). Taman ini di buat oleh Raja Anak Agung Gede Karang Asem saat memerintah Mataram. Menyadari bahwa akan semakin sukar untuk melakukan ziarah tiap tahunnya ke gunung Rinjani karena usianya yang semakin tua maka untuk mempersembahkan sesajen ke Segara Anak yang dikeramati dibuatlah replika di tempat yang lebih rendah.

PUSUK : Berlokasi di bukit sebelah timur Malimbu dan merupakan jalan alternatif menuju ke Bangsal. Pusuk memiliki pemandangan alam yang fantastik, terdapat beberapa hotel kecil dan restoran yang bagus yang juga tidak kalah bagusnya dengan pemandangan alam liarnya. Lautan disini merupakan rumah bagi 2 species kera dan sebagian besar dari mereka tidak takut untuk berinteraksi langsung dengan pengunjung. Tempat inijuga ideal untuk trekking di bukit-bukit dan lembah-lembah dengan airnya yang jernih.

SESAOT : Di bagian utara Suranadi, Sesaot merupakan hutan lindung yang menawan dan terdapat area untuk pejalan kaki. Tempat ini juga populer sebagai tempat rapat/pertemuan dan juga tempat bersantai dengan kolam berair jenih dan sejuk. Dari empat ini kita juga dapat mengunjungi desa-desa terdekat dan perkebunan kopi lokalnya.

PANTAI SIRE : Sire adalah sebuah pantai yang memikat dengan lembah yang menawan, air yang jernih dan hamparan pasir putih yang luas. Tidak diragukan lagi memberikan kondisi yang sempurna untuk olah raga air. Lombok Golf Kosaido Country Club Golf Course berlokasi di tempat ini, dengan pemandangan Gunung Rinjani disebelah timurnya dan gili-gili di seberang barat teluknya serta 118-hole unik untuk kelas pertandingan berkelas dunia cukup menantang pegolf semua level. 18-hole Golf Course lainnya juga terdapat di Golong, Suranadi dan juga terdapat di pinggir jalan raya di wilayah Ampenan menuju ke Bandara.

SURANADI : Berlokasi di Timur-laut Narmada, Suranadi memiliki salah satu pura suci bagi umat Hindu di Lombok. Pura tersebut terletak di daerah yang cocok untuk bersantai ditambah dengan sumber mata air dan disekitarnya banyak terdapat pondok-pondok penjual ikan segar. Suranadi sendiri sangat membanggakan areal hutan alamnya yang merupakan habitat bagi Kera dan berbagaijenis Burung.

Lombok Tengah

PANTAI A'AN, SEGER, dan GERUPUK : Pantai-pantai ini berlokasi dekat dengan pantai Kuta. A'an (Tanjung A'an) adalah pantai berpasir putih yang cantik dan sangat ideal untuk aktivitas berjemur. Sementara itu jika menginginkan pemandangan dan tempat berselancar yang indah maka Pantai Seger dengan lokasi yang dikelilingi oleh bukit-bukit memiliki pemandangan yang indah dengan ombak yang cukup menantang untuk berselancar. Pantai Gerupuk sendiri merupakan tempat berenang yang bagus dan dari tempat ini para peselancar dapat menggunakan sampan (perahu tradisional) dalam menjangkau ombak untuk berselancar.

PANTAI KUTA : Terletak di dataran yang bergelombang pantai selatan yang indah dan mengesankan dengan hamparan pasir putihnya yang luas ini adalah tempat yang sempurna untuk menjelajah dan pada saat laut surut, kita akan menjumpai lipatan-lipatan kerang, terumbu karang dan berbagai jenis biota laut lainnya. Akomodasi yang tersedia juga cukup beragam mulai dari home stay, penginapan sampai dengan Novotel yang mewah yang kebanyakan menawarkan view ke arah pantai. Masyarakat Lombok juga menyebut pantai ini sebagai pantai Putri Nyale. Setiap tahunnya dibulan ke-10 dalam penanggalan Sasak (sekitar bulan Februari atau Maret) upacara Bau Nyale diadakan. Masyarakat akan berkumpul bersama di malam hari untuk menangkap cacing laut dengan menggunakan senter sambil menyanyikan pantun (semacam puisi tradisional). Daerah ini juga dikenal dan menjadi tempat tujuan wisata utama, sementara itu sisa pantai selatan yang tidak digunakan untuk selancar, diupayakan untuk terus dikembangkan secara bertahap sehingga tempat-tempat tersebut akan dapat mendatangkan keuntungan yang luar biasa.

PANTAI MAWUN, BELONG BELANAK, SEPI dan BELONGAS : Di daerah Barat Kuta dapat dijumpai pantai Mawun, pantai ini berlokasi diantara 2 bukit yang menawarkan pemandangan yang spektakuler dan keaslian pasir putihnya serta ombak yang bagus untuk berselancar. Begitupun pantai Mawi yang memiliki pemandangan dan ombak yang bagus. Lebih ke barat lagi kita kan mendapati pantai Belong Belanak yang merupakan teluk yang berada di antara dataran perbukitan yang membentang menawarkan pemandangan yang sangat bagus dan sangat memungkinkan untuk lokasi penyelaman, berselancar, berenang dan memancing sedangkan lokasi Pantai Sepi berseberangan dengan Belongas merupakan 2 pantai yang cantik dengan akomodasi yang lengkap dan dive center serta lokasi penyelaman yang berkelas.

PENUJAK : Di sebelah selatan desa Sukarara desa Penujak yang penduduk dengan tingkat usia bekerja memiliki kemampuan dalam mengkreasikan tembikar, membuat berbagai macam bentuk desain yang menarik. Para wanita yang berpengalaman dalam membuat tembikar akan menurunkan kemampuannya ke generasi berikutnya dalam sebuah upacara tradisi secara turun temurun.

BADE dan RAMBITAN : Desa Rambitan dan Sade berjarak 19 Km ke arah selatan Praya. Meskipun kedua desa ini sering melayani kunjungan wisatawan, perkampungan tradisional suku Sasak ini tetap mempertahankan pandangan hidup mereka yang telah menyatu. Di tempat ini kita dapat menjumpai/menemukan bangunan khas "Alang" (lumbung tradisional) dengan desain arsitektur tradisional yang khas dengan bentuk atapnya yang tinggi. Di Rambitan juga terdapat sebuah Masjid kuno.

SUKARARA : Desa tradisional ini berjarak 28 Km di Tenggara Mataram, desa ini memiliki terobosan dalam industri tenun tradisional. Kemampuan menenun ini mereka dapatkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat di desa ini telah terlatih secara tradisi dalam pembuatan kain tenun yang sangat indah dan teratur. Dengan menggunakan benang dari kapas, sutera, emas dan perak mereka mengkreasikannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan tenunan dengan desain khas lombok yang asli dan telah terkenal.

Lombok Timur

BIRAK : Desa tradisional ini berada di Timur-Laut gunung Rinjani dan berdekatan dengan lokasi air terjun Mayung Putik (Kijang Putih).

MASBAGIK TIMUR : Daerah ini dikenal karena disini dahulunya merupakan tempat pembuatan gerabah yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga, yang lebih lanjut mereka beralih untuk memproduksi jenis-jenis gerabah yang lain seperti barang-barang cinderamata yang tetap dibuat secara tradisional.

EKAS dan KALIANTAN : Letak daerah yang tinggi membuat Ekas memiliki pemandangan yang sangat indah dengan letak yang berseberangan dengan Teluk Ekas yang berada di sudut Tenggara Lombok sehingga menjadikannya pantai berbukit yang luar biasa dan merupakan daerah eko-wisata yang terbaik. Lanjut kesebelah selatannya di pantai Ekas Paninsular Kaliantan memiliki pantai pasir putih dan ombak untuk berselancar yang bagus. Di tempat ini juga diselenggarakan acara Bau Nyale yang waktunya sama dengan di Pantai Kuta.

GILI LAWANG, SULAT, PETAGAN dan KALIANTAN : Pulau-pulau kecil ini berada di Timur-Laut Lombok. Pulau-pulau ini tidak berpenghuni kecuali oleh kawanan Kera dan burung-burung aneka rupa. Dengan pantai pasir putih dan ikan yang cantik dan dengan keberadaan hutan Manggrove (bakau) menambah ke elokan pulau ini. Dengan adanya kelompok terumbu karang yang luas telah memelihara dan memberikan perlindungan daerah lokal dan desa-desa penduduk dari abrasi air laut.

JERUK MANIS dan OTAK KOKO GADING : Di sebelah timur dari arah Mataram di dekat daerah Tete Batu, terdapat air terjun Jeruk Manis, terletak berdampingan dengan hutan alam. Penduduk lokal menamakan air terjun ini dengan nama Aik Temer dikarenakan kepercayaan mereka bahwa airnya dapat menyembuhkan kebotakan dan tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat pula air terjun Otak Koko Gading yang juga dipercaya warga mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

MAKAM SELAPARANG : Makam keramat Raja Selaparang ini berlokasi di desa Peresak Pringgasela.

LABUHAN LOMBOK (KAYANGAN) : Pelabuhan ini menghubungkan pulau Lombok dan Poto Tano di Sumbawa dan juga melayani rute kapal yang langsung dari Lombok ke Taliwang, Maluk (pantai-pantai untuk berselancar lainnya), Bima, Komodo dan wilayah timur Indonesia. Tempat menginap sementara juga tersedia disini.

LABUHAN PANDAN : Travel Boat dari Labuhan Pandan ini khusus menuju daerah pulau-pulau di gili Sulat, Petagan dan Lampu. Di sini juga menyediakan transportasi untuk mengunjungi daerah-daerah menarik di Sambelia.

LENEK : Terkenal dengan tarian tradisional Sasaknya. Lenek juga merupakan tempat hidup/habitat dari spesies Kera berbulu perak. Di desa ini pengunjung dapat juga membeli barang kerajinan penduduk yang cukup berkelas.

LEMOR : Adalah wilayah pinggir hutan belantara yang memiliki kolam renang yang airnya bersumber dari mata air, suhunya sangat dingin dan memiliki panorama yang indah.

LOYOK dan KOTARAJA : Loyok, Kotaraja dan daerah sekitarnya terkenal dengan kerajinan anyaman bambunya dengan begitu banyak desain-desain lokal yang merupakan kreasi dan bakat pengrajinnya yang bekerja dengan ulet dan sangat teliti sehingga menghasilkan karya yang begitu indah.

PRINGGASELA : Desa ini berada di timur Lombok, terkenal oleh kain tenun tradisionalnya 'Tenon Gedongan" yang masih di buat dengan alas tenun tradisional yang di ikat di belakang penenun. Kain tenun ini sangat terkenal karena penampilan yang alami dan sangat diminati di luar negeri.

TETE BATU : Berlokasi ke arah utara mengikuti jalan dari Loyok. Desa ini masih berlokasi dalam areal lembah dari gunung Rinjani, memiliki pemandangan yang sangat menawan. Berenang di sungai-sungainya yang berkelok-kelok akan menjadi kenangan yang tak terlupakan terlepas dari suhu airnya yang sangat dingin. Melakukan trekking ke kaki gunung Rinjani dan melihat hamparan tanaman padi atau tembakau juga akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.

SAPIT : Berada di dataran tinggi dibagian selatan dengan Pusuk (sebelah Timur Rinjani). Desa kecil pengunungan ini kita akan merasakan ketenangan yang menentramkan jiwa. Dapat di jangkau dari Sembalun atau yang lainnya melewati Aikmel atau Pringgabaya. Beberapa Cottages telah tersedia dengan pemandangan cantiknya yang langsung memperlihatkan hamparan persawahan sampai pinggiran pantai dan pulau Sumbawa.

SEMBALUN : Sembalun terbagi menjadi 2 desa yaitu Desa Sembalun Lawang dan Desa Sembalun Bumbung dengan jarak pemisah masing-masing desa sejauh 2 Km. keduanya masih tergolong desa tradisional. Di Sembalun Lawang, desa Beleq (desa Besar) kita dapat melihat rumah-rumah tradisional yang masih didiami masyarakat lokal, Makam Majapahit atau Gajah Mada dan juga tari tradisional Tandang Mendez. Produk kain tenunnya banyak dicari dan cukup terkenal. Daerah ini terlihat seperti bekas danau yang mengering di antara gunung Rinjani (gunung yang tingginya ± 3726 M di atas permukaan laut) akan tetapi masyarakatnya telah mengubahnya menjadi daerah pertanian (dengan ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut) sebagai tambahan dari hasil pertanian sayuran lokal terdapat proyek pembangunan Green House yang menghasilkan strawberry dan sayur-sayuran. Daerah ini merupakan rute yang langsung menuju puncak gunung Rinjani atau untuk melihat danau Segara Anak. Pusat informasi jalur pendakian tersedia disini (yang salah satunya berada di Senaru) untuk selanjutnya bisa melakukan perjalanan turun dari Sembalun dapat melalui daerah pantai melalui Sapit yang menakjubkan dan akan memberikan pemandangan pantai yang indah.

Lombok Utara
BANGSAL : Bangsal adalah dermaga umum yang menghubungkan pulau Lombok dengan Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan dan merupakan tempat snorkeling dan menyelam yang berada di Barat-Laut Pesisir Lombok.

GILI AIR, MENO, dan TRAWANGAN : Gili-gili ini merupakan wilaya-wilayah pulau yang berdekatan satu sama lainnya. Berjarak kurang lebih 20 km kearah Utara Senggigi. Dengan beberapa pulau memiliki pantai-antai yang menawan dan para penyelam harus berterimakasih untuk terumbu karang yang luas yang mengelilingi pulau dan didaerah ini merupakan rumah bagi koral biru. Koral ini hanya tumbuh di 2 tempat didunia yaitu laut Karibia dan disini didalam laut, tepatnya di timur Gili Meno. Dengan perahu tradisional yang diberangkatkan dari Bangsal atau ferry khusus dari Senggigi kita dapat sampai di pulau-pulau ini (± 15-30 menit dari bangsal / 1 jam dari Senggigi) Gili Trawangan adalah tempat yang paling mewah dan memiliki akomodasi yang relatif murah serta memiliki banyak pilihan aktivitas bagi anak-anak muda, dibandingkan Gili Air dengan tingkat harga akomodasi yang lebih tinggi. Gili Meno memilki taman burung merupakan daerah yang paling akhir dikembangkan dan masih belum teratur akan tetapi merupakan tempat yang paling tepat untuk bersantai.

BAYAN : Merupakan tempat lahirnya kepercayaan Watu Telu, Bayan yang daerahnya masih tensolir cenderung tenang dari keramaian pulau ini. Berada dekat dengan Senaru salah satu tempat pemberangkatan untuk pendakian ke Gunung Rinjani.

SENARU : Pemberangkatan pendakian kegunung Rinjani bisa dimulai di bagian Utara Senaru dengan 2 atau 3 hari pendakian ke arah barat dengan seclikit turunan untuk menuju kesebuah danau yang mengagumkan sebelum melanjutkan kembali pendakian sampai ke puncak. (alternatif lain untuk rute lain Yang langsung menuju ke puncak bisa dari Sembalun) pusat informasi pedakian berlokasi disini dimana kita juga bisa menyewa porter dan perlengkapan yang selalu tersedia.

GUNUNG RINJANI : Berdiri dengan megah dengan ketinggian ± 3726 m gunung ini merupakan puncak tertinggi ke-2 di Indonesia. Untuk masyarakat Lombok khususnya suku Sasak dan Bali menganggap gunung ini merupakan tempat mistik yang puncaknya di diami oleh roh-roh keramat. Untuk mendakinya walaupun masih tergolong aktif merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Para pendaki lebih banyak memilih memulai pendakian di Senaru dan turun di Sembalun atau putar balik yangjuga merupakan rute turun dengan panorama yang indah permai sampai akhir perjalanan.

DANAU SEGARA ANAK : Sebuah danau besar Segara Anak, berlokasi diketinggian ± 2000 m dari alas permukaan laut di dalam gunung Rinjani banyak dikunjungi oleh peziarah/pendaki yang membuat jalur pendakian dengan menyusuri lembah disamping danau untuk memberikan sesajen pada dewa didasar danau. Didalam danau yang mempesona ini terlihat sebuah gunung volcano aktif baru Gunung Barujari didekatnya terdapat sumber air panas yang percaya mampu mengobati penyakit.

TIU PUPUS : Berlokasi di Barat-Laut Lombok, air terjun Tiu Pupus dan Tiu Teja dapat dikunjungi dengan sekali perjalanan ke Timur. Keduanya menawarkan panorama alami yang indah dan air yang sejuk untuk berenang.

SINDANG GILA dan AIR TERJUN TIU KELEP : Air terjun Sindang Gila telah terkenal sejak kita mengunjungi Senaru dan berada di bagian utara dari lokasi pemberangkatan trekking ke gunung Rinjani. Jalan-jalan kecil untuk turun ke air terjun Sindang Gila menawarkan pemandangan alam yang sangat mempesona. Tidak jauh dari sana terdapat juga air terjun Tiu Kelep yang memberikan penawaran yang sama dengan air terjun Sindang Gila, dengan airnya yang sejuk menyegarkan untuk berenang. Pemandu lokal selalu tersedia disini untuk memandu kita ke tempat ini. Penginapan dan restoran berlokasi di dekat areal masuknya.

Sumbawa

DAM (WADUK) BATU BULAN : DAM Batu Bulan adalah Waduk yang diperuntukkan untuk proyek pengairan, dengan total kapasitas 54 juta m3. waduk ini berlokasi di Kabupaten Sumbawa dan mensuplai air untuk mengairi 5576 Ha lahan. Proyek ini lebih lanjut memberikan kontribusi berupa income bagi para petani dan pengembangan komoditas-komoditas lokalnya. DAM ini berkembang menjadi tempat rekreasi lokal yang cukup populer yang kemudian pengembangannya dipusatkan pada kegiatan pariwisata termasuk didalamnya berlayar,memancing pembangunan restoran dan pengadaan kegiatan-kegiatan budaya.

BATU TERENG : Gua Liang Petang berlokasi di desa Batu Tereng yang berjarak 29 Km di selatan Sumbawa Besar. Dengan daya tarik stalagmit dan stalaktit yang merupakan fenomena alam yang sangat mempesona. Beberapa diantaranya pun tampak seperti ombak. Dan di gua yang lain (masih berada di daerah ini) merupakan rumah bagi ratusan kelelawar bush. Di Ai-Renung terdapat peti Mati yang terbuat dari batu. Nisan batu ini telah di buat kurang lebih 2000 tahun lalu.

PULAU BUNGIN : Pulau yang berlokasi dekat Alas tepatnya di sebelah barat-laut, Sumbawa, merupakan pulau dengan populasi terpadat di dunia. Pulau yang terbuat dari koral-koral dan pasir ini hampir tidak memilki tanah kosong. Pulau ini di diami oleh orang-orang Bajo dan daerah ini menjadi semakin besar seiring dengan pertambahan populasi penduduknya.

PULAU MOYO : Pulau Moyo memiliki cadangan fauna yang cukup besar, dimana di tempat ini kita dapat melakukan pengamatan untuk hewan liar, diataranya babi hutan, kijang dan berbagai jenis burung yang menawan. Pulau ini juga di kelilingi oleh perairan yang sangat jernih dengan ekosistim terumbu karang yang spektakuler sehingga pulau ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk snorkeling dan menyelam.Untuk tempat menginap di sini telah tersedia sebuah Resort (Amanwana Resort) lengkap dengan tenda-tenda mewah. Perjalanan ke Moyo ditempuh dengan menggunakan Boat dari teluk Kencana.atau dari air Bari di sebelah utara Sumbawa Besar.

PLAMPANG dan EMPANG : Di bagian timur Kabupaten Sumbawa merupakan lahan pertanian yang menarik dengan perbukitan dan sistem pengairan yang baik, pantai-pantai dengan ombak-ombak yang cocok untuk berselancar di daerah selatannya. SEMONGKAT : Berlokasi di Batu Tereng di bagian selatan Sumbawa Besar, daerah rekreasi ini merupakan daerah yang sangat cocok untuk menghindari panas, berada di lembah dari perbukitan dengan udara yang sejuk dengan panorama daerah yang menawan.

ISTANA KESULTANAN (DALAM LOKA) : Berlokasi di Sumbawa Besar, istana kesultanan ini menyimpan beberapa catatan dan silsilah kuno dari struktur kesultanan Sumbawa. Bangunan yang megah dengan desain tradisional dan memilki 99 tiang/pilar kayu yang bertujuan untuk mengingatkan kita pada Asmaul-Husna yaitu 99 nama yang di miliki Allah.

UTAN-BATU GONG : Jauh sebelum Agama Hindu menyebar di Bali, Sumbawa merupakan salah satu kerajaan Hindu. Batu Gong berlokasi di desa Batu Orong Bawa dekat Utan yang menyimpan bukti-bukti pengaruh budaya Hindu.

Sumbawa Barat
LEBO (DANAU) TALIWANG : Berjarak 3 KM dari Taliwang dan berada di barat Sumbawa Lebo (danau) Taliwang adalah danau yang memiliki luas sekitar 856 Ha. Danau ini dipenuhi oleh teratai dan memiliki jenis ikan yang khusus. Danau ini banyak dikunjungi sebagai tempat memancing dengan memakai sampan atau untuk tempat rekreasi.

MALUK dan SEKONGKANG : Daerah ini mengalami perkembangan pembangunan yang luar biasa sejak tahun 1995 dengan konstruksi dan dukungan PT. Newmont Nusa Tenggara perusahaan pertambangan Tembaga/Emas yang berjarak kurang lebih 30 km dari Maluk. Kota Taliwang, Jereweh dan khususnya Maluk telah mendapatkan keuntungan langsung maupun tidak langsung berupa perumahan dan fasilitas-fasilitas bisnis dan pemasukan pendapatan lainnya. Antara lain telah ada ATM-ATM, Bank, Toko, Fasilitas Kesehatan, dll. Dimana tingkatannya telah melebihi tempat-tempat lainnya di Sumbawa. Akomodasi yang disediakan untuk wisatawan adalah hotel-hotel bagus di Maluk dan Sekongkang, yang lengkap dengan restoran dan fasilitas hiburannya. Lebih lanjut terdapat Bandar kecil di Sekongkang dekat dengan Tropical Spa & Resort di pantai Pesin. Penerbangan dengan pesawat amphibi yang terbang setiap hari dari Denpasar atau Mataram ke Benete yang memberikan akses langsung ke tempat ini.

PANTAI POTO BATU : Berlokasi di daerah bagian jereweh, Pantai Poto Batu adalah tempat yang bagus untuk berenang, berlayar atau hanya untuk bersantai sambil melihat pemandangan sekitarnya.

TALIWANG dan JEREWEH : Taliwang adalah Ibukota Kabupaten. Kota ini tengah banyak melakukan pengembangan dan pembangunan yang juga sejalan dengan pembangunan dari PT. Newmont Nusa Tenggara pertambangan Tembaga/Emas yang berada di Maluk. Wilayah ini signifikan untuk areal pertanian dengan tempat dengan cultural dan arkeologi yang menarik dan daerah pantai yang permai sepanjang rute perjalanan ke Jereweh. Di dekat daerah ini terhampar pantai pasir putih dengan akomodasi yang bagus sampai pantai barat. Di sebelah barat Desa Goa, pantai ke-3 yang paling terkenal di Dunia Internasional berada disini, Sea Reef berlokasi di Pantai jelenga dan memiliki penginapan-penginapan kecil dan beberapa lengkap dengan restorannya.

Bima

BIMA dan ISTANA BIMA : Bima-Raba adalah lbu kota Kabupaten yang selalu menjadi tempat persinggahan dan menghubungkan daerah timur,tengah dan barat dari Indonesia. Dengan mengunjungi Istana Kesultanan terlebih dahulu kita akan ditunjukkan barang-barang bersejarah yang menarik, seperti mahkota kesultanan dan beberapa keris yang bersarung emas dengan tangkai yang terbuat dari gading.

DESA RABA-DOMPU : Merupakan tempat produksi kain Mbojo yang terkenal, masyarakatnya masih menenun kain-kain indah itu dengan menggunakan cara tradisional dan menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan desain yang halus.

DESA DONGGO : Donggo, dengan jarak 40 Km adalah desa tertua di Bima, penduduk desa ini memiliki pakaian dan tradisi yang berbeda dari desa-desa lainnya. Mereka memelihara tradisi etnik uniknya dengan selalu memakai pakaian hitam, masih mempertahankan tingkatan hierarkinya dan membangun rumah tradisional mereka sendiri. Penduduk desa Donggo bermata pencaharian sebagai petani dan mengolah lahan berair mereka yang berada di lembah-lembah bukit. Mereka juga memproduksi kain tenun yang tahap-tahap pembuatan dimulai dari menentukan pola sampai pencelupan kain menggunakan bahan dan alat yang masih tradisional. Kerajinan lain yang di hasilkan daerah ini adalah tulisan kuno Sanskrit yang di masukkan ke dalam tabung batu.

MADA PANGGA : Dengan hutan tropisnya, Mada Pangga adalah tempat yang memiliki kecantikan alam yang indah dengan banyak pohon jati yang tumbuh subur dengan juga ditinggali oleh binatang liar dan burung warna-warni.

GUNUNG SANGEANG : Gunung berapi yang selalu mengeluarkan asap yang menjulang setinggi 2000 M di tengah laut dan berada di sebelah timur-laut lepas pantai. Di lembah dan daerah sekitar Sangeang popular dengan pemandangan yang mengajarkan tentang lingkungan alam kita. Sebuah tempatyang di kelilingi air laut yang biru jernih, gunung ini dapat di kunjungi dengan mudah dengan menggunakan boat atau perahu dari Bima.

SAPE: Sape berada di timur laut, merupakan rute utama wisata bagi wisatawan yang ingin mengunjungi pulau Komodo, hewan reptil terbesar yang terkenal dengan sebutan "Naga". Sape berjarak 4 Km dari pelabuhan (Labuan Sape) kebudayaan di daerah paling timur ini berbeda dari yang lainnya. Pantai kearah utara dari Lamere sampai Matambolo bagus untuk berenang, berjemur dan menikmati sunrise (terbitnya matahari).

DAERAH WAWO-MARIA : Berlokasi di rute wisata yang menghubungkan Bima dan Pulau Komodo, daerah Wawo-Maria memproduksi kain dengan kualitas tinggi dan desain/motif yang halus. Maria sendiri terkenal karena lumbung tradisionalnya (Lengge) yang di buat berkumpul di sebuah bukit di luar desa. Dekat dengan Wawo, terdapat tempat rekreasi yang di buat oleh kolonial Belanda di namakan Ai-Wobo, yang juga memiliki sebuah pesanggrahan (pesanggrahan Wawo), kolam renang yang airnya dari sumber mata air dan juga menyediakan penginapan wisatawan.

Dompu
DAERAH PANTAI NEIHU : Merupakan pantai di pinggir jalan yang menuju ke arah ibukota kabupaten Dompu dan jika di lihat dari alas bukit maka akan menawarkan pemandanagn alam yang fantastis.

DORO BATU : Hanya berjarak 1 Km dari Dompu, Doro Batu merupakan daerah yang memendam barang-barang arkeologi. Daerah ini dulunya pernah menjadi tempat berdirinya sebuah kerajaan besar, disini kita akan menemukan sisa-sisa keruntuhan dari istana Dompu yang telah tertutup oleh abu vulkanik dari letusan gunung Tambora di tahun 1815.

HU'U dan PANTAI LAKEY : Beberapa ombak yang terbaik dapat di temukan di pantai selatan ini, ombak untuk berselancar tersebut berbentuk memanjang mengikuti garis karang. Titik peselancaran yang terkenal antara lain Tanjung Lakey, Periscope, Cobblestones, dll. Dan di tempat-tempat lain kita akan menemukan koral-koral yang melimpah. Tempat ini merupakan tempat yang berkelas di antara tempat-tempat menarik lainnya di daerah ini. di tambah dengan adanya beberapa gua dan sumber air panas. Dengan penginapan yang memuaskan dengan hotel-hotel kecil dengan kulitas bagus dan Guest House yang sangat menyenangkan di sepanjang pantai.

LEPADI : Berjarak 5 Km ke arah selatan Dompu, Lepadi terkenal sebagai tempat pacuan kuda tradisional terbaik yang di adakan setiap tahun. Pacuan kuda ini memiliki ciri khas yaitu joki cilik, joki-joki ini adalah anak-anak yang berusia tidak lebih dari 8 tahun. Pacuan kuda serupa juga selalu diadakan dalam berbagai waktu dalam setahun di tempat yang berbeda di daerah Sumbawa.

GUNUNG TAMBORA : Dengan 3 hari pendakian di mulai dari desa kecil (desa Pancasila) dekat Calabai akan membawa anda melewati hutan hujan tropic kesebuah penciptaan yang begitu besar dan mengagumkan. Tambora Utara dengan hutan belantaranya (80.000 Ha) dan Tambora Selatan dengan padang berburunya (30.000 Ha) adalah 2 tempat yang berada di barat-laut dari Bima, Kehidupan liar seperti kijang dan babi liar akan dapat kita jumpai di tempat ini.

RANGGO : Desa Ranggo berada dijalan yang kita lewati ke pantai Lakey ini terkenal dengan tenun tradisionalnya beberapa bahkan di buat dari sutra. Rumah-rumah yang di cat indah juga menambah semarak pinggiran desa itu.

SATONDA : Pulau kecil ini terdiri dari timbulan gunung merapi (300 m) dan memiliki keistimewaan geolical yang unik dengan danau garamnya. Kerusakan hutan di pulau yang di sebabkan oleh letusan gunung Tambora pada tahun 1815 memberikan kesempatan yang langka untuk memeriksa kembali pelajaran tentang kolonisasi hutan. Hutan di pulau ini juga merupakan rumah bagi berbagai species burung dan ikan endemik, penyu laut juga rajin berkunjung ke pulau ini.

Sejarah Nusa Tenggara Barat ( NTB )

Sumbawa Besar, PSnews –
Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tetapi sumber lain menyatakan, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera, sebagaimana disebutkan dalam Babad Suwung.
Setelah Kerajaan Suwung ini muncul kerajaan Lombok. Pada abad 9 – 11 berdiri Kerajaan Sasak dan berakhir setelah ditaklukkan oleh salah satu kerajaan yang ada di Bali saat itu.

Selain itu, beberapa kerajaan yang pernah berdiri di pulau Lombok adalah Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang, yang disebut terakhir selama dua periode yaitu Selaparang periode Hindu/Pra -Islam dari abad 13 yang berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Dan Selaparang periode Islam yang muncul pada sekitar abad 16 dan berakhir 1740 M setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Setelah ekspedisi Majapahit dibawah pimpinan Laksamana Nala ke Lombok dan Dompu pada tahun 1357, kerajaan-kerajaan di Sumbawa bagian barat dan Sumbawa bagian timur mulai ada. Sebelum itu penduduk asli di pulau Sumbawa merupakan kelompok-keiompok kecil, yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku. Di kalangan masyarakat Mbojo disebut Niceki dan di dalam masyarakat suku bangsa Samawa disebut Tau Loka’.
Kerajaan-kerajaan di Sumbawa bagian timur dimaksud adalah Kerajaan Bima, Sanggar dan Dompu.
Sementara di Sumbawa bagian Barat Kerajaan Utan Kadali, Seran dan Taliwang, sebagaimana disebut di dalam kitab Negarakertagama.
Berkembangnya agama Islam serta munculnya kerajaan-kerajaan yang bersendikan agama telah mempercepat proses runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Seiring dengan itu, seluruh kerajaan yang ada di Lombok yang selama ini berada di bawah kekuasaan Majapahit menjadi kerajaan yang merdeka dan mandiri.
Demikian juga dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Sumbawa.
Diantara kerajaan-kerajaan di pulau Lombok yang baru memerdekakan diri tersebut, salah satu yang paling terkemuka dan terkenal di seluruh Nusantara saat itu adalah Kerajaan Lombok, yang terletak di Teluk Lombok yang kini dikenal dengan nama Labuan Lombok.
Kerajaan Lombok inilah yang beberapa tahun kemudian oleh Pangeran (Sunan) Prapen, Putra Sunan Giri dijadikan sebagai basis Islamisasi Pulau Lombok.
Setelah Sunan Prapen berhasil menjalankan tugasnya di pulau Lombok ia meneruskan misinya ke Pulau Sumbawa. Di sinipun ia berhasil dengan gemilang menyebarkan agama Islam.
Sepeninggal Sunan Prapen atas dasar pertimbangan strategis, Prabu Rangkesari yang menggantikan Prabu Mumbul sebagai raja Kerajaan Lombok memindahkan ibukota yang semula terletak di Teluk Lombok ke bekas Kerajaan Selaparang (periode Hindu), yaitu Selaparang seperti nama keraiaannya. Rupa-rupanya kerajaan Lombok yang memindahkan pusat Kerajaan lnilah yang dikemudian hari dikenal sebagai Kerajaan Selaparang periode Islam.
Kedatangan Belanda, setelah sebelumnya Portugis, semakin memanaskan suasana politik dan meningkatkan dinamika sosial budaya di seluruh Nusantara, termasuk di semua wilayah Nusa Tenggara.
Dengan tujuan untuk menutup jalur Kristensasi dari timur ke barat oleh Portugis, maka pada bulan Juni 1618 sesuai dengan yang tercacat di dalam Tambo Gowa dan Tallo, Kerajaan Gowa menaklukkan dan mempersatukan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumbawa bagian barat. Kemudian secara berturut-turut pada tahun 1633, Gowa menaklukkan Bima, Tambora, Sanggar dan Dompu, serta tahun 1640 menundukkan Selaparang.
Namun yang perlu dicacat adalah penaklukan-penaklukan tersebut lebih banyak dilakukan dengan cara kultural dan spiritual. Artinya secara damai melalui perkawinan antara keluarga raja dan kesepakatan untuk mempertahankan iman Islam diantara mereka.
Namun demikian usaha dan upaya Belanda terus menerus menguasai Nusantara lambat laun mernbawa hasil, pada tanggal 18 Nopember 1667 VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk menandatangani perjanjian yang terkenal dengan perjanjian Pongaya. Akibat dari perjanjian itu adalah mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya.
Kerajaan Karangasem, Bali, yang sejak lama mengincar pulau Lombok, baru berhasil menguasainya pada tahun 1470 setelah kerajaan ini melakukan persekutuan dengan Arya Banjar Getas. Sejak saat itulah pengaruh Bali kembali mewarnai kehidupan sosial, politik dan budaya suku bangsa Sasak. Di samping itu, Belanda pun terus-menerus melakukan penetrasi politik dan kekuatan militernya, yang akhirnya menguasai pulau Lombok dan Sumbawa sampai dengan kedatangan Jepang yang mengalahkannya pada tahun 1942.

BIMA - Letak Geografis

Kabupaten Bima adalah bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam wilayah kekuasaan hukum Negara Republik Indonesia.

Gambar disamping adalah Gambar Letak Geografis Kabupaten Bima – Propinsi Nusa Tenggara Barat – Dalam Peta Negara Republik Indonesia.

Secara geografis berkedudukan pada 1180 44’ – 1190 22’ BT dan 080 08’ – 080 57’ LS.

Gambar di samping menunjukkan Letak Geografis Kabupaten Bima – Propinsi Nusa Tenggara Barat - Dalam Peta Dunia.


Bima-Indonesia file

Sejarah Bima: Hikayat Indra Zamrud dan Indra Kumala

Syahdan, berdasarkan legenda yang sekian lama hidup ditengah masyarakat Dana Mbojo (Suku Bima, red), cikal bakal berdirinya kerajaan Bima adalah dimulai dengan kedatangan Sang Bima, tokoh Kerajaan Majapahit yang melakukan perjalanan ke daratan di ujung timur pulau Sumbawa.
Pada saat menginjakkan kaki di Dana Mbojo, belum terbentuk kerajaan besar. Sang Bima lah yang dikatakan telah mempersatukan seluruh Ncuhi, Kepala Suku yang berkuasa di beberapa wilayah seluas wilayah kecamatan yang ada sekarang. Secara musyawarah, konfederasi para Ncuhi itu menunjuk dan mengangkat Sang Bima untuk menjadi pemimpin Dana Mbojo.
Wadu Paa, ukiran di dinding batu di Soromandi yang dikatakan menjadi bukti sejarah kehadiran Sang bima di Dana Mbojo.
Wadu Paa, ukiran di dinding batu di Soromandi yang dikatakan menjadi bukti sejarah kehadiran Sang bima di Dana Mbojo.
Lanjut legenda itu, Sang Bima tak lantas mengiyakan permintaan konfederasi para Ncuhi yang dipimpin oleh Ncuhi Dara itu. Ia menjanjikan bahwa kelak akan datang anak keturunannya yang ia utus untuk mewujudkan harapan Dou Mbojo tentang kepemimpinan yang menyatukan seluruh Dou Labo Dana (segenap warga, wilayah dan tumpah darah Bima).
Menurut legenda, Sebelum mencapai daratan Dana Mbojo, Sang Bima pertama kali berlabuh di pulau Satonda, kemudian melihat dengan seekor naga bersisik emas. Akibat tatapan Sang Bima, maka hamil lah naga itu dan melahirkan seorang putri dan kemudian diberi nama putri Indra Tasi Naga. Alkisah, Sang Bima yang melakukan perjalanan kembali ke Jawa itu ketika singgah di Pulau Satonda jatuh hati dan menikahi putri Indra Tasi Naga yang merupakan anaknya sendiri. Pernikahan itu menghasilkan dua orang putra yang diberi nama Indra Zamrud dan Indra Kumala.
Kedatangan Indra Zamrud dan Indra Kumala kecil ke Dana Mbojo sebelumnya telah di nubuwat (diramalkan) oleh ayahandanya, Sang Bima. Kepada para Ncuhi itu, pemimpin Dana Mbojo akan datang dengan berupa sebatang bambu yang dibawa oleh arus laut dan ombak pantai. Demikianlah menurut cerita, terdapatlah sebatang bambu dengan dua ruas yang terdampar di pantai Teluk Cempi – Dompu. Dari bambu tersebut, terdengarlah tetabuhan yang mengalun, bertanda itu bukan bambu biasa.
Sepasang Ompu dan Wai (nenek dan kakek) yang berdiam tak jauh dari tempat bambu itu terdampar tertarik oleh suara tetabuhan dari bambu itu. Karena rasa penasarannya, dibelahnya bambu itu menjadi dua. Ajaibnya, dari dua ruas bambu itu, keluarlah dua orang anak lelaki yang begitu baik dan elok parasnya. Mereka Indra Zamrud dan Indra Kumala pun diangkat menjadi anak oleh Ompu dan Wai tersebut.
Dari Dompu, kemudian kedua orang anak itu lalu dibesarkan di Bima, tempat yang diperintahkan oleh ayahnya, Sang Bima. Setelah tinggal beberapa lama di Gunung Parewa, mereka tinggal di bukit Londa. Semua Ncuhi di daerah itu, terutama Ncuhi Dara dan Ncuhi  Padolo datang untuk menjemput dan memohon mereka menjadi raja Dana Mbojo. Dengan demikian, tinggallah mereka berdua di wilayah Ncuhi Padolo, di bagian barat Kota Bima sekarang.
Tak lama berselang, Ncuhi Doro Wuni yang mengepalai para Ncuhi di bagian timur meminta kepada rapa Ncuhi wilayah barat agar salah satu anak tersebut diasuh di wilayahnya. Dengan demikian Indra Zamrud diasuh oleh Ncuhi Bagian Timur yaitu Ncuhi Doro Wuni yang berdiam di bagian timur yang secara geografis merupakan pegunungan, sedangkan saudaranya Indra Kumala dibesarkan dalam asuhan Ncuhi yang memegang wilayah pesisir barat Dana Mbojo.

Perselisihan Antara Dua Saudara

Kedua saudara yang dibesarkan dengan latar belakang yang berbeda ini bukannya tanpa cobaan. Watak keduanya yang berbeda akibat perbedaan pola asuh dan latar belakang tempat mereka dibesarkan menjadi masalah tersendiri.
Alkisah, Indra Kumala yang dibesarkan oleh Ncuhi Dara dan Ncuhi Padolo gemar mengail ikan, karena itu oleh kedua bapak angkatnya ia diberikan sebuah kail emas yang kerap ia gunakan memancing. Sedangkan Indra Zamrud yang gemar bertani oleh ayahnya diberikan tempat bibit berupa tempurung kelapa yang terbuat dari emas.
Suatu waktu, Indra Zamrud yang berkunjung ke kediaman kakaknya di pesisir bermaksud meminjam kail emas milik Indra Kumala. Permintaan itu dikabulkan dengan syarat adiknya itu harus berhati-hati menggunakannya karena kail emas itu sangat penting artinya bagi Indra Kumala.  Ia pun menerima kail itu dan memancing di Tanjung Tonggohala, suatu tempat di dekat Kota Bima.
Dikisahkan, seekor ikan yang ternyata merupakan anak dari raja ikan kerapu menyambar umpannya. Karena kuatnya ikan tersebut maka putuslah tali pancing dan kail emas milik kakaknya pun hilang. Akhirnya dengan raut muka lesu ia mengabarkan kehilangan kail istimewa itu dengan janji akan menggani atau membayarnya sesuai harganya. Indra Kumala tak rela kehilangan kailnya, karena itu ia memaksa adiknya untuk mencarinya hingga ketemu.
Indra Zamrud yang kembali ke tempat ia menghilangkan kail itu, mendapati ikan-ikan di pantai sedang gempar karena mendengar kabar anak rajanya menderita sakit kerongkongan yang berat. Indra Zamrud dengan kesaktiannya menyelam menuju istana ikan dan mengeluarkan sendiri kail yang yang menyiksa ikan itu.
Setelah mengembalikan kail emas kakaknya yang ia hilangkan, masalah pancing tersebut tidak berhenti sampai di situ saja. Ia ingin membalas kepada Indra Kumala agar merasakan pula beban dan kesulitan sebagaimana yang ia alami. Untuk maksud tersebut disusunlah rencana untuk membalas sakit hatinya. Diperintahkannya orang untuk mengabarkan kepada kakaknya bahwa ia sedang sakit keras dan menginginkan kakaknya menjenguk di istananya. Sementara itu ia bersiasat dengan menaruh semangkuk bibit wijen diatas hamparan pasir putih di  pintu masuk istananya.
Indra Kumala yang datang dengan tergopoh-gopoh tak sengaja menumpahkan benih wijen yang tersimpan dalam tempat benih dari emas itu. Indra Zamrud menyuruh kakaknya mengumpulkan kembali ribuan benih wijen itu ditengah hamparan pasir. Ia mengatakan, biji-biji wijen itu penting artinya baginya karena merupakan modal hidupnya.
Dengan kesaktiannya, Indra Kumala mengerahkan binatang seperi burung, semut dan sebagainya  untuk membantunya mengumpulkan benih berukuran kecil yang tercecer itu. Ketika dikiranya benih itu telah semua terkumpul, sang adik meragukan semua benihnya kembali ke tempatnya. Maka disiramnya pasir itu sehingga tumbuhlah tiga batang wijen. Ia pun meminta kakaknya mengembalikan tiga pohon wijen itu menjadi bibit dengan alasan tiga wijen itulah yang ia butuhkan.
Karena hal itu dirasanya mustahil, maka Indra Kumala menjadi malu. Ia pun mengasingkan diri di sebuah mata air. Di tempat tersembunyi itulah ia hidup hingga akhir hayatnya. Dalam kepercayaan kuno, raja-raja tidak dikatakan meninggal dunia, mereka hanya beralih jasad, dan menghilang (moksa dalam bahasa jawa). Karena itulah, orang-orang setempat menyebutnya Oi Mbora (mata air tempat menghilang), dan masyarakat Bima sekarang menyebutnya Oi Mbo.*

Bima – Makassar, sebuah sejarah ikatan darah

Arus modernisasi dan demokratisasi disegala bidang kehidupan telah mempengaruhi cara pandang dan cara berpikir seluruh element masyarakat. Hubungan keakrabatan antar etnis dan bahkan hubungan darah sekalipun terpisahkan oleh tembok modernisasi dan demokrasi hari ini. Hubungan keakrabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kurun waktu 1625 – 1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar dikawasan Timur Indonesia yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada turunan yang ke- VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai turunan ke- VI. Sedangkan yang ke- VII adalah pernikahan Putri Mahkota Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa. Berikut urutan pernikahan dari silsilah kedua kerajaan ini :
  1. Sultan Abdul Kahir (Sultan Bima I) menikah dengan Daeng Sikontu, Putri Karaeng Kasuarang, yang merupakan adik iparnya Sultan Alauddin pada tahun 1625. dari pernikahan ini melahirkan Sultan Abil Khair (Sultan Bima ke-II)
  2. Sultan Abil Khair (Sultan Bima ke- II) menikah dengan Karaeng Bonto Je’ne. Adalah adik kandung Sultan Hasanuddin, Gowa pada tanggal 13 April 1646. dari pernikahan ini melahirkan Sultan Nuruddin (Sultan Bima ke-III) pada tahun 1651.
  3. Sultan Nuruddin (Sultan Bima ke-III) menikah dengan Daeng Ta Memang anaknya Raja Tallo pada tanggal 7 mei 1684. dari pernikahan tersebut melahirkan Sultan Jamaluddin (Sultan Bima ke-IV)
  4. Sultan Jamaluddin (Sultan Bima ke IV) menikah dengan Fatimah Karaeng Tanatana yang merupakan putri Karaeng Bessei pada tanggal 8 Agustus 1693. dari pernikan tersebut melahirkan Sultan Hasanuddin (sultan Bima ke- V).
  5. Sultan Hasanuddin (Sultan Bima ke- V) menikah dengan Karaeng Bissa Mpole anaknya Karaeng Parang Bone dengan Karaeng Bonto Mate’ne, pada tanggal 12 september 1704. dari pernikahan ini melahirkan Sultan Alaudin Muhammad Syah pada tahun 1707 (Sultan Bima ke- VI)
  6. Sultan Alaudin Muhammad Syah (Sultan Bima ke- VI) menikah dengan Karaeng Tana Sanga Mamonca Raji putrinya sultan Gowa yaitu Sultan Sirajuddin pada tahun 1727. pernikahan ini melahirkan Kumala Bumi Pertiga dan Abdul Kadim yang kemudian diangkat menjadi Sultan Bima ke- VII pada tahun 1747. ketika itu beliau baru berumur 13 tahun. Kumala Bumi Pertiga putrinya Sultan Alauddin Muhammad Syah dengan Karaeng Tana Sanga Mamonca Raji ini kemudian menikah dengan Abdul Kudus Putra Sultan Gowa pada tahun 1747. dan dari pernikahan ini melahirkan Amas Madina Batara Gowa ke-II. Sementara Sultan Abdul Kadim yang lahir pada tahun 1729 dari pernikahan dari pernikahannya melahirkan Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke- VIII). Sultan Abdul Hamid (La Hami) dilahirkan pada tahun 1762 kemudian diangkat menjadi sultan Bima tahun 1773.
  7. Sultan Abdul Kadim (Sultan Bima ke- VII) dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah yang kami baca- mohon Maaf) melahirkan Sultan Abdul Hamid pada tahun 1762 dan Sultan Abdul Hamid diangkat menjadi Sultan Bima ke- VIII pada tahun 1773.
  8. Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke- VIII) dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah yang kami baca- Mohon Maaf) melahirkan Sultan Ismail pada tahun 1795. ketika sultan Abdul Hamid meninggal dunia pada tahun 1819, pada tahun ini juga Sultan Ismail diangkat menjadi Sultan Bima ke- IX
  9. Sultan Ismail (Sultan Bima ke- IX) dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah yang kami baca- Mohon Maaf) melahirkan sultan Abdullah pada tahun 1827
  10. Sultan Abdullah (Sultan Bima ke- X) menikah dengan Sitti Saleha Bumi Pertiga, putrinya Tureli Belo. Dari pernikahan ini abdul Aziz dan Sultan Ibrahim.
  11. Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) dari pernikahannya melahirkan Sultan Salahuddin yang kemudian diangkat menjadi Sultan Bima ke- XII pada tahun 1888 dan memimpin kesultanan hingga tahun 1917.
  12. Sultan Salahuddin (Sultan Bima ke- XII) sebagai Sultan Bima terakhir dari pernikahannya melahirkan Abdul Kahir II (Ama Ka’u Kahi) yang biasa dipanggil dengan Putra Kahi dan St Maryam Rahman (Ina Ka’u Mari). Putra Kahir ini kemudian Menikah dengan Putri dari Keturunan Raja Banten (Saudari Kandung Bapak Ekky Syachruddin) dan dari pernikahannya melahirkan Bapak Fery Zulkarnaen
Adalah sangat Ironi memang jika pada hari ini generasi baru dari kedua Kesultanan Besar ini kemudian tidak saling kenal satu sama lain. Bahkan pada zaman kerajaan, pertumbuhan dan perkembangan penduduk Gowa dan Bima merupakan Etnis yang tidak bisa dipisahkan dan bahkan masyarakat Gowa pada umumnya tidak bisa dipisahkan dengan Etnis Bima (Mbojo) sebagai salah satu Etnis terpenting dalam perkembangan kekuatan kerajaan Gowa. Dari catatan sejarah yang dapat dikumpulkan dan dianalisa, hubungan kekeluargaan antara kedua kesultanan tersebut berjalan sampai pada keturunan ke- IX dari masing-masing kesultanan, dan jika dihitung hal ini berjalan selama 194 tahun. Dari data yang berhasil dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa hubungan kesultanan Bima dan Gowa dengan pendekatan kekeluargaan (Darah) terjalin sampai pada tahun 1819. Analisa ini berawal dari pemikiran bahwa ada hubungan darah yang masih dekat antara Amas Madina Batara Gowa Ke- II anaknya Kumala Bumi Pertiga dengan Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke- VIII). Karena keduanya masih merupakan saudara sepupu satu kali. Bahkan ada kemungkinan yang lebih lama lagi hubungan ini terjalin. Yaitu ketika Sultan Abdul Hamid meninggal pada tahun 1819 dan pada tahun itu juga langsung digantikan oleh putra mahkotanya yaitu Sultan Ismail sebagai sultan Bima ke- IX. Karena Sultan Ismail ini kalau dilihat keturunannya masih merupakan kemenakan langsungnya Amas Madina Batara Gowa Ke- II, jadi hubungan ini ternyata berjalan kurang lebih 194 tahun.
Pada beberapa catatan yang kami temukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa. Sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai. Sebab Manggarai dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17. Namun, pada catatan sejarah tersebut tidak tercatat secara jelas.
Sumber Data :
  • Buku Sejarah Bima; Drs M. Hilir Ismail, 1997 (Mantan Ketua Harian Istana Kesultanan Bima)
  • BO, Catatan Sangaji Bima, Hj. Sitti Maryam Rahman, 1994 (Putri Sultan Bima terakhir)
  • Kumpulan artikel (Lontara) Sulawesi Selatan, Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan

Kesultanan Bima

Kesultanan Bima adalah kerajaan yang terletak di Bima.


Penduduk daerah ini dahulunya beragama Hindu/Syiwa. Pada masa Pemerintahan Raja XXVII,yang bergelar “Ruma Ta Ma Bata Wadu”. Menurut BO (catatan lama Istana Bima), menikah dengan adik dari isteri Sultan Makassar Alauddin bernama Daeng Sikontu, puteri Karaeng Kassuarang. Ia menerima/memeluk agama Islam pada tahun 1050 H atau 1640 M, kemudian raja atau Sangaji Bima tersebut digelari dengan “Sultan” yaitu Sultan Bima I, beliau inilah dengan nama Islam-nya “Sultan Abdul Kahir”. Setelah Sultan Bima I mangkat dan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin sebagai Sultan II, maka sistem pemerintahannya berubah dengan berdasarkan “Hadat dan Hukum Islam”. Hal ini berlaku sampai dengan masa pemerintahan Sultan Bima XIII (Sultan Ibrahim). Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putera dari Sultan Abdul Kahir. Dilahirkan bulan + April 1627 (Ramadan 1038 H), bergelar Ruma Mantau Uma Jati. Ia juga bernama La Mbila, orang Makassar menyebut “I Ambela”. Wafat tanggal + 22 Juli 1682 (17 Rajab 1099 H), dimakamkan di Tolo Bali. Menikah dengan saudara Sultan Hasanuddin, bernama Karaeng Bonto Je’ne, pada tanggal 13 September 1646 (22 Rajab 1066 H), di Makassar. Abdul Khair Sirajuddin dinobatkan menjadi Sultan Bima II, pada tahun 1640 (1050 H).
Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah adalah putera dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1651 (29 Zulhijah 1061 H). Orang Makassar diberi gelar “Mappara bung Nuruddin Daeng Matali Karaeng Panaragang”. Naik tahta pada tahun 1682 (Zulhijah 1093 H). Menikah dengan Daeng Tamemang, saudara Karaeng Langkese puteri Raja Tallo pada tanggal  7 Mei 1684 (22 Jumadilawal 1095 H). Setelah meninggal, diberi gelar “Ruma Ma Wa’a Paju”, karena yang mula-mula memakai Payung jabatan yang berwarna kuning yang terkenal dengan “Paju Monca”.
Sultan Muhammad Salahuddin adalah Putera dari Sultan Ibrahim, dilahirkan pada tahun 1888 (jam 12.00, 15 Zulhijah 1306 H). Dilantik menjadi Sultan Bima XIII pada tahun 1917. Meninggal di Jakarta pada hari Kamis 11 Juni 1951, jam 22.00 (7 Syawal 1370 H) dalam usia 64 tahun. Setelah wafat diberi gelar “Ma Kakidi Agama”, karena menjunjung tinggi agama serta memiliki pengetahuan yang mumpuni dan luas dalam bidang agama. Sejak berumur 9 tahun, memperoleh pendidikan dan pelajaran agama dari ulama terkenal, diantaranya: H. Hasan Batawi dan Syech Abdul Wahab (Imam Masjidil Haram Mekkah). Ia memiliki koleksi buku-buku agama karya ulama-ulama terkenal dari Mesir, Mekkah, Medinah, dan Pakistan. Juga karya oleh Imam Syafi’i. Ia mendalami Ilmu Fiqih dan Qira’ah. Pada era pemerintahannya, tidak mengherankan apabila perkembangan agama mengalami kemajuan pesat terutama di bidang pendidikannya. Wazir Ruma Bicara yang dipegang oleh Abdul Hamid (menggantikan Muhammad Qurais) pada era itu juga mempunyai peran dan menaruh perhatian yang amat besar dalam bidang yang sama.

Sejarah Pemerintahan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat Sejak Masa Orde Baru

Daerah Bima merupakan Kabupaten paling ujung timur di pulau Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada awal terbentuknya kabupaten Bima adalah wilayah kerjaaan yang dibangun oleh garis keturunan kesultanan tanah gowa Sulawesi. Kepala pemerinatahan Dana Mbojo (Bima) dipimpin oleh Sultan Abdul Kahir I yang dinobatkan sebagai raja Bima pada 1640 Masehi. Pelantikan Raja Bima pertama dilaksanakan 5 Juli sekaligus dijadikan Hari Ulang Tahun Bima. Sejak era Orde Baru hingga jabatan Bupati Bima periode 2010 - 2015 Dana Mbojo sudah dijabat 7 (enam) figur pemimpin berbeda.

Sebelumnya adanya perubahan aturan perundang-undangan yang mengatur sistem pemerintahan pusat, pemerintah provinsi dan pemerintahan daerah Bupati Bima dijabat tokoh luar putera daerah Bima. Pada saat ini sistem pemerintahan Indonesia masih bersifat sentralistik. Pemerintah Pusat masih memiliki kewenangan yang lebih luas mengatur administrasi pemerintahan seperti halnya menetap dan mengangkat Kepala Daerah tingkat kabupaten.

Perubahan sistem pemerintahan Indonesia diawali demonstrasi besar-besaran dilakukan para aktivis, mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi pada masa ini tidak hanya di Jakarta namun terjadi serentak hampir di seluruh wilayah Indonesia. Para demonstran menuntut agar demokrasi di Indonesia dapat dijalankan sesuai amanat Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Demonstrasi ini dikenal dengan demonstrasi Era Reformasi.

Demonstrasi era reformasi menuntut agar demokrasi dijalankan sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Indonesia 1945. Demokrasi yang diharapkan adalah kebebasan yang benar-benar memberi ruang dan menghormati hak-hak rakyat untuk menentukan pilihannya secara demokrasi. Demonstrasi era reformasi merupakan sejarah bangsa Indonesia sebagai demonstrasi berdarah sekaligus berhasil menurunkan Presiden Soeharto sebelum masa jabatannya berakhir. Presiden Republik Indoenesia, Soeharto diturunkan dan membacakan surat pernyataan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara Jakarta.

Nama-nama Bupati dan Wakil Bupati Bima sejak masa Orde Baru hingga periode 2010 - 2015 yaitu:
  1. Sultan Abdul Kahir II
  2. Suharmaji
  3. H. Umar Haroen dua periode
  4. Halim Jafar
  5. Adi Haryanto
  6. Drs. H. Zainul Arifin (1999 – 2005)
  7. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs H. Usman AK (2005 - 2010)
  8. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs. H. Syafruddin H. M. Nur, M.Pd (2010 - 2015)
Karena keterbatasan informasi dan referensi, Bupati Bima periode Suharmaji, H. Umar Haroen, Halim Jafar dan Adi Haryanto belum dapat diuraikan seperti masa jabatan sesudahnya. Namun sebagai gambaran umum bahwa Bupati Bima pertama putra asli daerah Bima adalah Drs. Zainul Arifin. Sementara Bupati Bima periode sebelumnya masih didrop dari pusat. Pada masa-masa ini peta poltik Indonesia masih didominasi Golkar (Partai Golongan Karya).

Bupati Bima periode 1999 - 2005 (Drs. H. Zainul Arifin)

Pemilihan Bupati pada tahun 1999 termasuk dampak dari adanya perubahan sistem dan iklim demokrasi bangsa Indonesia di tingkat nasional yang diawali demonstrasi era Reformasi.

Drs. Zailnul Arifin - Bupati Bima periode 1999-2004
Drs. Zainul Arifin,
Bupati Bima periode 1999 - 2005
(Foto: Ronamasa.Com/Ahyar, tahun 2009)
Era pemilihan Kepala Daerah periode 1999 - 2005 merupakan kenangan terakhir Gedung DPRD Kab. Bima menyaksikan ajang bargain elit politik daerah tingkat II Bima melakukan lobi politik. Pada masa ini sistem demokrasi sudah mulai berjalan baik walaupun implementasi sistem demokrasi Dari Rakyat Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat belum seutuhnyan dilakukan.

Perubahan sistem demokrasi sudah mulai dirasakan berubah. Perubahan tersebut yaitu ruang gerak Dwi Fungsi ABRI sudah dibatasi untuk mencalonkan atau dicalonkan sebagai Kepala Daerah seperti halnya pada Tingkat Kabupaten.

Pemilihan Bupati Bima pertama pada era reformasi seorang Kepala Daerah masih dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bima. Dan Drs. H. Zainul Arifin berhasil menyakinkan para wakil rakyat daerah Bima bahwa ia mampu membawa perubahan daerah Bima lebih meningkat lagi. Dengan terpilihnya ini Zainul Arifin tercatat sebagai putera asli daerah Bima menjadi Bupati Bima. Zainul Arifin sebelum menjadi Bupati Bima merupakan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Jakarta, Indonesia.

Salah seorang kontestan calon Bupati Bima dikalahkan Drs. Zainul Arifin adalah Drs. M. Noor Latif. Namun beberapa tahun kemudian Nur Latif akhirnya terpilih menjadi Walikota Madia Bima pertama sejak dimekarkan dari Kabupaten Bima.

Kerja keras selama kepemimpinannya bersama lembaga legislatif membangun Dana Mbojo diembannya dengan serius. Salah produk dari kepemimpinannya adalah Jum’at Khusu yang merupakan ide briliantnya hingga sampai saat ini masih berjalan. Ide yang digagas ini merupakan bukti perhatiannya pada nilai-nilai islam, dan juga sebagai upaya merangsang masyarakat agar tidak melakukan perjalanan pada saat shalat Jum,at. Kebijakan ini diambil untuk menghormati masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah Shalat Jum'at agar tidak terganggu kekhusukannya.

Namun menjelang akhir masa jabatannya lima tahun, Drs. H. Zainul Arifin mendapat cobaan yang sangat besar sampai-sampai mendapat respon negatif dari masyarakat. Pandopo Bima yang berada di seberang Jalan Rumah Sakit Umum Bima yang masih dalam tanggung jawabnya sebagai orang nomor satu di kabupaten Bima terbakar hangus hanya meninggalkan runtuhan dan puing bangunan. Akan tetapi peristiwa ini bukan merupakan kesalahan H. Zainul semata. Sesungguhnya dibalik peristiwa ini ada hikmah yang harus dipetik bahwa manusia tidak jauh dari cobaan Tuhan pencipta alam semesta.

H. Ferry Zulkarnain, ST – Usman AK (periode 2005 – 2010)
Drs, Usman Ak-Wakil Bupati Bima 2004-2010
Drs. Usman Ak, Wakil Bupati Bima 2005 -2010/
(Foto: Ronamasa.Com/Ahyar)
Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) di Bumi Gora tahun 2000 merupakan kali pertamanya kontestan menadahkan nasibnya di tangan Rakyat. Pasangan yang diusungkan oleh Partai yang paling lama berkuasa dalam sejarah Partai Politik Indonesia yaitu Partai Golongan Karya menghantarkan pasangan H. Ferry Zulkarnain, ST dengan Usman Ak sebagai pemenangnya. Kemenangan pasangan ini merupakan pasangan yang kali pertama pemilihan secara LUBER dalam sejarah pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Bima

Pasangan ini meraih kemenangan tidak dengan mudah, karena pada awal kemunculannya sebagai kandidat calon Bupati Bima banyak pihak yang meragukan kemampuannya untuk memimpin daerah. Berbagai isu muncul ditunjukan kepada pasangan ini yang sengaja dihembuskan untuk mengganjal langkah menduduki orang nomor satu di kabupaten bima selama lama tahun. Namun keraguan masyarakat tersebut dijawabnya dengan kerja keras dengan membangun berbagai sarana dan prasarana masyarakat seperti yang sudah terlihat dan dirasakan oleh masyarakat saat ini.

Pasangan Ferry Zulkarnain - Usman Ak dalam menjalankan amanah sebagai pelayan masyarakat Bima mengusung moto "Toho Mpa Ra Ndai Sura Dou Labo Dana".

Salah satu produk terbaik dari beberapa produk lain hasil kerja keras pasangan Bupati Bima pilihan rakyat Bima pertama secara demokrasi adalah mengubah arah jalan raya lintas Doro Belo-Panda. Jalan yang banyak tanjakan dan turunan tajam ini dibuka pada masa Bupati Bima, Drs. Zainul Arifin. Jalan kini sudah kini sudah menjadi jalur utama masyarakat menuju Kota Bima sebelum alur jalannya dialihkan telah memakan beberapa orang korban jiwa. Salah satu kecelakaan tragis menewaskan beberapa orang yang sedang menumpang Dan Truk Bak terbuka. Dalam kecelakaan terbaliknya truk pada tikungan tajam menuju tanjakan ini merenggut nyawa setidaknya dua orang ditempat kecelakaan.

Putera mahkota H. Abdul Kahir (alm) mantan Raja Bima ini merupakan putera terbaik Kabupaten Bima dan dianggap layak oleh masyarakat Bima untuk memimpin Kabupaten yang paling timur di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kecintaan masyarakat terbukti, pria kelahiran Jakarta ini unggul dari 6 kandidat lainnya. Tak pelak pasangan incumbent Drs. H. Zainul Arifin yang saat itu berpasangan dengan dr. Ibrahim didepaknya dan hanya mampu menempati urutan ke 2.

Nama-nama pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati pada pemilukada Bima periode 2005 – 2010 yaitu:
  1. H. Nazamudin, SE - Ir. H. Syafruddin, AM
  2. H. Muhtar, SE, MM - dr. Irfan
  3. H. Abdul Khair, SH, M.Si - Drs. Masykur HMS
  4. Ferry Zulkarnain, ST - Drs. H. Usman Ak
  5. Drs. H. Zainul Arifin dengan dr. Ibrahim
  6. H. Thamrin, MM, MBA - Dra. Evi Nafisah
H. Ferry Zulkarnain, ST dengan Drs. H. Syafrudin M. Nur, M.Pd. (periode 2010 - 2015)

Bupati Bima, Ferry Zulkarnain - Wakil Bupati, Syafruddin

Bupati, Ferry Zulkarnain - Wakil Bupati Bima, Syafruddin
saat HUT RI tahun 2010 di lapangan sepakbola Teke
Kecamatan Palibelo (Foto: Ronamasa.Com/Ahyar)
Orang bijak berkata kawan atau teman adalah orang yang tetap harus diwaspadai karena dalam hidup dan kehidupan ini memang tak ada yang abadi. Karena kawan kadang bisa menjadi lawan dan lawan akan jadi kawan. Tapi lawan jangan dicari. Kalimat ini nyaris hampir sama dengan perjalanan perpolitikan di Bumi Ngaha Aina Ngoho pada era reformasi ini.

Walaupun demikian hal itu tidak patut dijadikan sebagai jembatan untuk saling membakar emosi sehingga menimbulkan rasa benci yang mendalam satu sama lainnya. Yang terpenting dilakukan adalah menjaga hati dan menghargai apa yang telah terjadi karena itu merupakan kehendak dari-NYA untuk menguji seberapa sabarnya kita dalam menjalani kehidupan ini. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs. H. Usman AK yang pada periode 2005-2010 sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati namun pada pemilu Kada Periode 2010 - 2015 menjadi pasangan yang terpisah karena ada perbedaan pandangan politik.

Hasil Pilkada Bima periode 2010 - 2015 menunjukan bahwa tingkat kepercayaan mayoritas masyarakat terhadap Bapak yang hanya dikarunia seorang putera hasil perkawinannya dengan Indah Damayanti Puteri masih sangat besar sekali. Ini terbukti kali keduanya H. Ferry Zulkarnain, ST yang berpasangan dengan Drs. H. Syafruddin, M.Pd berhasil meraih suara terbanyak dari 3 (tiga) pasangan calon lainnya. H. Ferry Zulkarnain, ST-Drs. H. Syafruddin, M.Pd diusung 10 (sepuluh) Partai yang tergabung dalam koalisi partai "FERSY RAKYAT" pada PEMILU KADA Kab. Bima 7 Juni 2010 memperoleh kepercayaan masyarakat sekitar 60 % dari tiga pasangan calon lainnya.

Nama-nama pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bima periode 2010 - 2015 yaitu:
  1. H. Ferry Zulkarnain, ST dengan Drs. H. Syafruddin, M.Pd (FERSY RAKYAT)
  2. Drs. H. Suhaedin Abdullah, MM dengan Drs. Sukirman Azis, SH (IDAMAN)
  3. Drs. H. Zainul Arifin dengan Drs. H. Usman AK (ZAMAN)
  4. Drs H. Nazib dengan Arie Wiryawan Harun Al Rasyid, SE (NAZAR)
Dari delapan figur calon orang nomor satu dan dua di kabupaten dalam lima tahun sejak tahun 2010 Drs. H. Najib tercatat memiliki kekayaan tertinggi sebesar Rp. 13.224.000.000. Sementara cucu Raja Bima Sultan Muhammad Salahuddin, Ferry Zulkarnain, ST berada diurutan kedua dengan total kekayaan Rp.5.663.776.511. Sementara calon Bupati Bima terendah memiliki kekayaan adalah Drs. Sukirman Azis, SH, Rp. 533.610.210. Data KPUD Bima sebagimana dilansir Media Bima.
 

Sample text

Sample Text

Sample Text